Tak sabar menunggu, Raka, Unis, Ino, dan kawan kawan lainnya pergi dan berpencar lagi untuk mencari kelompok 2. Raka, Unis, dan Ino dalam satu kelompok, mereka menjelajah hutan semakin dalam, tidak ada suara burung, sangat aneh. dan suasananya semakin gelap, mungkin saking banyal nya pohon pohon yang tumbuh.
Raka: "Kita butuh penerangan!, ada yang bawa?"
Unis: "Aku bawanya korek api."
Raka:" ya udah, kita potong dahan pohon, lalu kita bakar pucuk nya."
obor pun menerangi jalan mereka, semakin dalam rasanya semakin aneh. seperti ada yang mengikuti, namun setelah ditengok, tidak ada siapa siapa. Sungguh mengejutkan mereka bertiga menemukan gazebo gazebo tak bertuan yang berdiri di tengah hutan gelap seperti ini, kira kira jumlah nya ada tiga puluh. sebagian telah rapuh, bahkan ambruk.
Namun, di antara gazebo gazebo tersebut, ada yang paling besar, letak nya di tengah tengah, seperti nya kantor pegawai. Raka dkk. memasuki gedung tersebut, membuat kemungkinan bahwa kelompok 2 beristirahat di situ. namun hasilnya, negatif. tidak ada siapapun, yang ada hanyalah foto foto hitam putih jaman dahulu. tunggu sebentar, ada tulisan di sudut foto itu, menggunakan spidol hitam dan bertulis 1943, maksudnya adalah tahun?, jadi gazebo ini berdiri lebih dulu dari pada Hotel Daii?.
Raka: (dalam hati) Aku harus kembali ke hotel pak Max untuk mempertanyakannya, tetapi, tidak, aku harus mencari temanku terlebih dahulu.
Raka dan kawan kawan melanjutkan perjalanan.
Ino: "Kak, laperrr."
Unis: "Tuh, pohon pisang, ambil sendiri gih!"
Ino: "Iih!, kakak jahat!, emangnya kakak nggak bawa bekal ya?"
Unis: "Gak bawa, ketinggalan di hotel, hihihi..., tapi kakak juga laper sih..."
Ino: "yah, kakak payah!, ya udah, kita ambil pisang bareng bareng yuk!"
Unis: "Ogah, kamu aja kali, oh ya, ngomong ngomong, kakak dari kemarin belum telepon ibu, sebentar, (sambil mengeluarkan hp), yah, sinyalnya kosong semua..."
Raka: "Ya iyalah, nis, nis, masa di hutan belantara gini kamu mau nelpon orang, ya gak bakal bisa."
Unis: "Iya juga ya."
tanpa sadar, sampailah mereka di sebuah desa. semua atap rumah di situ terbuat dari genteng. tidak ada tanda tanda kehidupan, suasana di sini sama sekali tidak menyenangkan. mereka pun mengecek rumah satu persatu, semuanya kosong namun ada buku harian di temukan oleh Ino, setelah di buka per halaman, Ino menemukan catatan kertas bertulis:
Daii, 19 Januari 1942
Aku mendengar sebuah tempat wisata akan di bangun tidak jauh dari desa ini, kami sangat senang, berhubung suku kami adalah bangsa kanibal, kami pun memutuskan untuk pindah ke lereng gunung Margaan , dan membiarkan pasukan yang ditinggal membawakan daging segar untuk kami .konon, suasana di gunung Heera sangat sejuk dan indah.
Raka: "Hey Ino, Unis, kesini!, aku tau, dimana letak kelompok dua!"
bersambung....